Sadang, Pangan, Papan Jangan Anda Pungut Pajak Sri -->
Memuat artikel terbaru...

Iklan Semua Halaman


Sadang, Pangan, Papan Jangan Anda Pungut Pajak Sri

Netti Herawati
Sunday, 4 May 2025

Salamuddin Daeng  Pengamat Ekonomi
Detik Republik. id
Jakarta, 4/5/2025
Daya beli rakyat akan jatuh, walaupun Sri Mulyani beternak pinjaman untuk menopangnya. Kalau SMI memajaki orang beli, Makanan, orang beli pakaian dan orang beli rumah, maka sudah pasti konsumsi akan mengkeret.

Harusi diingat bahwa saat ini akibat pajak yang berlapis lapis telah membuat ekonomi nasional melemah, masyarajat semakin kehilangan kemampuan dalam membeli kebutuhan pokok yakni sandang, pangan dan papan. 

Keadaan ini telah terbukti dengan melemahnya daya beli masyarakat sejak covid 19 sampai dengan saat ini. Tahun 2024 deflasi terjadi selama 5 bulan berturut turut. Tahun 2025 Januari inflasi terendah dalam 24 tahun dan February 2025 ekonomi kembali deflasi. 

Apa pemicunya, yakni menurunnya konsumsi masyarakat anjlok. Penurunan konsunsi terjadi pada sandang, pangan dan papan. Paling parah penurunan terjadi dalam harga pangan. Orang mengurangi belanja makanan dan minuman yang menjadi kebutuhan pokok. Kondisi ini menandakan rakyat dalam keadaan ekonomi kere. 

Sekarang menteri keuangan terus ngotot menggenjot PPN. Memajaki langsung orang berbelanja di warung warung, mall dan restoran. Mengapa orang makan untuk mengisi perut agar bisa berfikir dan bekerja harus dipajaki 11 persen. Padahal kalau mereka kurang gizi, kurang makanan, maka tidak akan dapat bekerja dengan baik dan produktifitas nasional akan menurun dan melemah. 

Sri Mulyani sebaiknya segera ikut cara berfikirnya Presiden. Prabowi Subianto, mengejar pendapatan dari sumber daya alam (SDA), membatasi lalu lintas devisa sumber daya alam. Kalau Sri Mulyani ikut maka pendapatan negara akan naik berkali kali lipat. Maka dengan demikian akan mudah mengeluarkan uang untuk rakyat, untuk membangun rumah tiga juta, dan memberi makan gratis kepada 80 juta siswa. 

Sri Mulyani harus tau bahwa pajak itu warisan kolonial. Bangsa Indonesia sebelum kolonial tidak mengenal pajak-memajaki. Sri Mulyani harus tau bahwa perjuangan patriotik melawan penjajah adalah melawan pajak Kolonial.

Kalau mau tau cara cari uang, lakukan bagi hasil sumber daya alam, bagi hasil batubara, timah, nickel, bauksit, emas, tembaga, perak, sawit, hasil hutan. Cara bagi hasil tekah ditunjukkan oleh bagaimana migas dikelola.. Bagi hasil akan menghasilkan pendapatan negara berlipat ganda. Pajak semuanya bisa pemerintah hapuskan sama sekali.