Semarang, DETIK REPUBLIK - Wakapolrestabes Semarang AKBP Wiwit Ari Wibisono Rabu siang (25/10/2023) mengelar jumpa pers dengan awak media terkait dengan hasil penangkapan remaja terlibat aksi tawuran yang terjaring dalam operasi gabungan Apel KRYD pada Sabtu malam minggu (21/10/2023).
Dalam jumpa pers tersebut Wakapolrestabes AKBP Wiwit menjelaskan hasil penangkapannya pada malam itu di tiga titik yang ada di Kota Semarang yaitu Cilosari, Semarang Timur Tambak Dalam, Semarang Utara dan Jalan Suratmo, Semarang Barat.
”Saat melakukan patroli kami mendapat informasi dari Comand Centre Polestabes Semarang kalau di Jalan Cilosari Semarang Timur ada beberapa remaja yang berkumpul dan hendak melakukan tawuran,” jelasnya.
Polisi menyita sejumlah senjata tajam dari para remaja tersebut saat melakukan operasi terhadap mereka yang hendak bentrok. Sebanyak 22 remaja dan 9 Sajam diamankan pada malam itu. Mereka masih remaja dan masih bersetatus pelajar tingkat SMP dan SMA/SMK tersebut harus menginap di kantor Mapolrestabes Semarang.
Sementara itu, dalam intrograsi kepada pelaku, motif para pelaku adalah sekedar ingin menunjukan eksistensinya untuk melakukan tawuran secara terencana.
”Mereka janjian lalu kumpul-kumpul dan melakukan penyerangan. Apa yang mereka lakukan tentu saja berbahaya bagi sesama lawannya maupun masyarakat lain,” ungkapnya.
Pihak Kepolisian selalu melakukan koordinasi Bersama sekolah untuk melakukan pembinaan termasuk juga dalam mendata nama-nama siswa yang terindikasi terlibat dalam gangster.
”Kami mendata nama-nama siswa yang terindikasi. Kami minta sekolah untuk memberi pengawasan lebih bahkan melakukan tindakan,” pungkasnya.
Sementara itu Ayu, guru BK dari salah satu perwakilan sekolah yang hendak bentrok tersebut mengatakan, kejadian tersebut terjadi di luar jam sekolah.
“Kejadian in kan diluar jam sekolah, hari Minggu, tapi kalo ditanya kamu sekolah dimana, kalau kayak gini pihak sekolahan yang kena padahal pihak kami sudah berupaya melakukan pengamanan maksimal,” ujar guru BK tersebut.
Pihaknya (Sekolah) juga berpesan kepada orang tua wali murid minta tolong, untuk anak-anak kecil ini jangan boleh keluyuran malam-malam. Jadi pengawasan orang tua tidak sepenuhnya dari pihak sekolahan.
Para pihak sekolah sudah dipastikan rutin melakukan operasi dan pengawasan, namun kebanyakan siswa-siswa tersebut pintar membuat siasat.
“kalau tawuran pada jam sekolah kayaknya jarang, mereka biasanya melakukan pada hari jumat, karena pada hari jumat seragam mereka menggunkan pramuka dan pakain pramuka itu tidak ada identitasnya” pungkasnya. (*)