Dua Akademisi Kota Semarang Ajak Masyarakat Ciptakan Pemilu Damai -->

Iklan Semua Halaman

PASANG IKLAN ANDA DISINI, HUBUNGI ADMIN

Dua Akademisi Kota Semarang Ajak Masyarakat Ciptakan Pemilu Damai

POLTAK
Saturday 3 February 2024
SEMARANG, DETIK REPUBLIK -- Menyambut pesta demokrasi di tahun politik saat ini, diharapkan masyarakat jeli dan cerdas dalam memilih pemimpin bangsa, menjunjung tinggi nilai demokrasi serta menciptakan pemilu damai dan aman.

Hal tersebut, dikatakan oleh dua Akademisi dari dua universitas di Kota Semarang yakni Dr. Tri Leksono Prihandoko, S.kom.,M.P.d.,Kons Wakil Rektor II Universitas IVET dan Dr. Hardi Winoto, M.Si Wakil Rektor II Universitas Muhammadiyah Semarang.

Dikatakan Tri Leksono, pada pemilu 2024 ini, banyak pemilih dikalangan muda generasi milenial yang harus diberikan edukasi agar tidak golput dan cerdas dalam memilih pemimpin Bangsa.

"Edukasi politik untuk generasi muda sangat dibutuhkan, khususnya pada pesta demokrasi ditahun ini. Milenial harus memberikan sumbangsih positif untuk keberlangsungan demokrasi secara baik. Salah satunya tidak golput dan cerdas memilih pemimpin yang diharapkan bangsa dan negara," terangnya.

Lebih lanjut Dr Tri Leksono, menegaskan, jika milenial yang mempunyai hak pilih dan menggunakan hak pilihya dengan baik (tidak golput), maka demokrasi berjalan sempurna.

"Karena generasi muda adalah estafet demokrasi dimasa yang akan datang, jadi jika sejak muda sudah mampu turut andil dalam pesta demokrasi menggunakan hak pilihnya dengan baik, maka kedepan nilai demokrasi tersebut akan terjaga dengan baik," pungkasnya.

Senada Hardi Winoto menegaskan, pada lingkungan kampus harus tetap menjaga netralitas dan membebaskan para peserta didik untuk memilih pandangan poliknya masing - masing.

"Agar proses demokrasi berjalan lancar pada pemilu 2024 ini, akademisi, intelektual, peserta didik dan masyarakat semua segmen harus mampu bersama - sama menjunjung tinggi nilai demokrasi dan menciptakan pemilu damai," ujarnya.

Dijelaskan, beda pilihan dan pandangan politik boleh saja asal tidak menjadi lawan atau musuh berkelanjutan. 

"Karena nilai tertinggi dari demokrasi adalah saling menghargai, meski berbeda pandangan. Di lima tahun ini, Indonesia telah menunjukan sebagai bangsa besar dan kuat yang mampu mengentaskan kesulitan, salah satunya pada saat pandemi covid 19," tutup Dr Hardi Winoto, M.Si.

(EKO BHAKTIANTO)