Semarang, DETIK REPUBLIK - Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu bersama masyarakat muslim di sekitar Kelurahan Jatibarang melaksanakan Salat Istisqo memohon kepada Tuhan agar Kota Semarang diberi keberkahan turun hujan, Rabu (11/10) pagi. Hal ini sebagai upaya untuk mempercepat proses pemadaman kebakaran di TPA Jatibarang, dan juga mengakhiri kemarau panjang yang terjadi di Kota Semarang.
Kegiatan Salat Istisqo dilaksanakan di Lapangan Kedungpane Mijen dan diikuti oleh jajaran OPD, Lurah-Camat serta para pelajar. Sedangkan pelaksanaan ibadah dipimpin langsung oleh Ketua MUI Kota Semarang, KH Moh. Erfan Soebahar.
Mbak Ita, sapaan akrab wali kota berharap, dengan doa dan keyakinan masyarakat, Ibu Kota Jawa Tengah ini bisa segera diberi berkah hujan. Khususnya di wilayah yang banyak memiliki lahan kosong dan berpotensi menimbulkan kebakaran seperti di daerah TPA Jatibarang Mijen.
“Tentu salah satu upaya Kota Semarang khususnya di wilayah Mijen, kami berdoa dan berikhtiar agar bisa segera diberi hujan. Dan upaya ini adalah upaya kami mengajak para kiai dan alim ulama, serta masyarakat umum, bersama kita berdoa memohon kepada Allah agar bisa segera diberi keberkahan dengan turunnya hujan,” ujarnya usai kegiatan.
Dirinya mengakui jika Kota Semarang memang termasuk salah satu wilayah yang terdampak cuaca ekstrem, karena menurut BMKG lintasan matahari berada tepat di atas Kota Semarang. Lalu panas yang paling dirasakan berada di pesisir pantai Kota Semarang.
“Dan sekarang sudah mulai turun suhu udaranya dan kemarin kami monitor antara 29-36 derajat. Tapi semua wilayah pesisir Jawa banyak terkena dampak cuaca panas ini. Mudah-mudahan cepat turun suhu udaranya dan menurut berita pada November akan turun hujan, tapi ya kita harapkan dan berdoa nanti malam bisa turun hujan,” paparnya.
Di sisi lain, dirinya mengakui jika dampak dari panas ekstrem membuat banyak kebakaran di lahan kosong yang ditumbuhi banyak ilalang kering. Dari 138 data kasus kebakaran dari Damkar Kota Semarang, rata-rata peristiwa kebakaran berada di lahan kering.
Sementara, kebakaran di TPA kini sudah mulai padam. Hanya saja masih banyak asap tipis yang ditimbulkan dari bara api yang terkubur di tumpukan sampah. Meski demikian, sampai saat ini belum ada laporan gangguan kesehatan yang dialami masyarakat atas masalah asap dari kebakaran itu.
“Hari ini api sudah mulai padam, ada upaya pemadaman bara api dengan tiga inject pipa, dan sudah proses water bombing. Saat ini sudah tidak ditemukan titik api, sehingga asap sudah tipis-tipis. Nanti akan kita cek lagi dengan drone thermal untuk menunjukan apa masih banyak bara api,” pungkas mbak Ita. (*)